KITA
( LEFTSIDE STORY )
Chapter 1 : Takdir sore itu
Titik-titik hujan mulai berjatuhan kala sore itu dan perlahan-lahan
tetesannya pun menyentuh tanganku, menyadarkanku dari lamunanku, lamunan
kejenuhan yang sepertinya sudah jadi rutinitasku beberapa tahun terakhir ini,
beragam hal-hal mulai dari yang penting sekali, sedikit penting, sampai tak
penting sekalipun ada didalam kepala ini, berputar-putar layaknya rotasi bumi,
24 jam, siang dan malam. Seakan tak peduli dengan gerimis sore itu, aku terus
melaju, walau dikanan kiriku pengendara lain mulai berhenti dan berteduh. Sampai
akhirnya tetesan-tetesan air itu semakin deras menembus bajuku dan akupun
teringat masih ada acara penting yang harus kuhadiri sore itu, sehingga
kuputuskan tuk menghentikan laju motor butut ini dan mencari tempat untuk
berteduh.
Ntah kenapa setelah kucari-cari, jas hujanku warna merah, pemberian ibuku tercinta itu tak ada,
yang ada hanyalah lembaran-lembaran proposal skripsi dengan garis silang besar
warna merah, beserta catatan-catatan dengan bahasa alien yang gagal kufahami
maskud dan tujuannya ada disitu. Huffh melihatnya saja sudah cukup membuatku semakin
jenuh disore itu. Tapi sepertinya takdir punya rencana sendiri saat itu, dia
sepertinya memang memaksaku untuk berhenti disini, melalui gerimisnya yang
semakin lama semakin deras dan hilangnya jasmerah itu, sehingga tak ada pilihan
lain selain menikmati dinginnya sore dipinggir jalan (yang becyek, tapi untung ada tukang ojyek :D). Sembari
memperhatikan sekitar, ada perasaan semacam de javu menghampiriku, sepertinya gedung
ini, bentuk, ornament, dan logonya masih teringat baik dikepalaku, walaupun
sekarang tempat ini sedikit berubah, namun aku masih ingat betul, tempat ini
adalah salah satu tempat paling bersejarah dalam perjalanan hidupku yang sudah
menginjak seperempat abad ini.
Tak salah lagi, ini adalah tempatku mengejar ilmu 7 tahun yang lalu,
akupun tertawa kecil mengingatnya dan rasanya otakku pun merespon sangat cepat,
lebih cepat dari supercomputer sekalipun, berputar mundur kencang sekali membawaku ke
masa itu. Masa yang, pasti kalian setuju kalau masa ini adalah masa kita yang
tak terlupakan, masa yang penuh cerita, tawa, canda dan sedikit air mata. Perlahan
kulangkahkan kakiku, kuberanikan diri tuk masuk ke dalam, kulihat ada satpam
yang sedang duduk santai sambil baca koran, dan kuingat ternyata dia masih
orang yang sama seperti saat dulu, dan juga ternyata masih ingat pula dengan ketampananku
( maklum, dulu aku salah satu tukang
telat dan tukang bolos yang sistematis damasa SMA), lalu kami bercakap
sebentar;
Aku: sore
pak, maaf saya ikut neduh boleh ya, hujannya makin deres soalnya.
Satpam: oh
iya mas, silahkan ( jawabnya sambil
memndangiku aneh ). Sebentar-sebentar mas, mas ini… dulu sekolah disini
juga kan, saya kayaknya pernah liat?
Aku: Wah
bapak masih ingat dengan ketampanan saya ternyata. ahaha (pede)
Satpam: iya
dong mas, biarpun sudah tua begini, daya ingat saya ga kalah sama anak muda, hehe.
Mas ini angkatan 80an bukan?
Aku: eeeeehh,
bukannn bapak, bukaannn, (memang muka
saya keliatan tua banget gitu? Kaca mana kaca) saya angkatan 50an pak, puas
bapak ? (balasku smabil jengkel)
Satpam: ahaha
saya cuman bercanda mas, oiya tadi barusan juga ada yang neduh disini, kayaknya
sih anak sini juga dulu, soalnya dia ijin masuk, pengen liat-liat smanya dulu
katanya.
Aku: lhoh
boleh masuk pak? Kalo gitu saya ijin masuk juga ya pak, saya juga pengen
liat-liat nih, sudah lama ga kesini
Satpam: silahkan
mas, tapi jangan kaget ya, sudah banyak yang berubah lho sekarang.
Aku: iya
pak gapapa, yang penting namanya masih sama, SMAN III Surakarta. Mari pak ( sambil mengangguk aku berlalu, masuk
kedalam)
Memang benar saja, sekolah ini sekarang makin awesome saja rupanya,
makin besar, dan penuh fasilitas-fasilitas baru dari lapangan bola, masjid yang
kini sudah jadi, ruang kelas tambahan, kantin yang super lega dan
blablablablalalala. For your information
ato (ef wae ae), sma ku ini dulu adalah salah satu sma favorit sekota solo,
kalo ga orang pinter ya orang bejo yang bias masuk sini, dan aku termasuk
golongan yang kedua, terbukti dengan track record raportku yang warna warni
dulu dan ditambah lagi tampangku tak meyakinkan, semua temen kuliah ga percaya
aku pernah sekolah disini ( sakitnya tuh
disinii ) -_-. Ok back to topic, setelah lelah berputar-putar, aku menuju
destinasi terakhir yang merupakan tempat terpenting dimulainya octalogy fenomenal abad ini (ahahah lebay). Sampailah diriku didepan
pintu kelas XII IS 2 ini, walaupun sekarang sudah berubah jadi kelas IA2, namun
bekas stiker legendaris yang menempel diujung atas pintu itu menjadi saksi bisu
perjalanan kami. Kubuka pintu itu perlahan dan langsung kucari singgasanaku
dulu, sambil beristirahat kuamati ruangan sekelas ini. Ahh entah perasaan apa
ini, perlahan-lahan dadaku sesak, mataku berkaca-kaca dan tiba-tiba tanganku
sudah basah lagi oleh tetesan air mataku, yang mengalir perlahan tanpa bisa
kutahan-tahan lagi, dalam hatiku bergumam;
( yaa ini kelasku dulu, kelas kita kawan, leftside.)
Disinilah dulu aku duduk, merekam semua kenangan kita masa itu, tingkah
polah kalian, saat kita tertawa, usil, bermain dan bolos bersama, semua rekaman
itu sekarang kembali terputar dengan sempurnanya dikepalaku ini, ( ahhhhhhh indahnya masa itu ). Dulu aku
duduk dimeja keempat bersama azis, dia ini partner in crime aku,dia yang
mengajariku dunia remaja perkotaan, maklum, aku dari desa waktu itu pertama
kali dapat sahabat orang kota, “dan dan…. eeemmm disana ujung depan, itu tempat
duduk kawanku, si ustadz kw impor langsung dari arab sono, si kadir namanya,
yang selalu tertidur pulas, walaupun dia duduk paling depan. Kita ini kalau
bolos kebanyakan dimasjid sekolah dan mendengarkan ustad kw ini jd penceramah,
dan setelah itu tidur, ahahah dan sebelah dia ada si mr introvert aka nugieca,
dia ini pendiam orangnya, namun puitis dan filosofis, caraku bertemu
dengannyapun unik “( dulu awal2 masuk
sma, kita selalu berangkat dan pulang melalui gang yang sama, tapi waktu itu
kita berdua sama2 jaim dan pada dasarnya dia memang orang yg pendiam, namun
setelah berapa lama, akhirnya aku duluan yang melempar senyum padanya, karena
kupikir aneh kan setiap hari diem2an.haha, lalu saat tiba kenaikan kelas,
ternyata dia sekelas denganku, dan taukah kalian, setelah saat itu sampai
sekarang, dia adalah salah satu sahabat terbaikku, dia mengajariku banyak hal
tentang agama, Alhamdulillah aku selalu dipertemukan dengan teman-teman yang
alim.hehe) “ laluuuu” dibelakang mereka, ada duo sipit kami, si boo dan si
daisuki, si boo ini teman nonton anime jepangku yang the best pokoknya, setiap
dia nyewa anime (naruto waktu itu)
sampe berkeping-keping cd, lalu kita tonton bareng dirumah tantaku ( aku numpang disana selama sma ), kalo
si daisuki ini, walopun dia agak berisi, basketnya jagoan luar biasa dan dia
ini teman yang sangat bisa diandalkan.
Tepat dibelakang mereka berdua, ada jenius penyuplai jawaban setiap
ulangan kami, dia itu ibaratnya processornya
kumpulan kami, maka itu dia ditempatkan diposisi ini, tepat ditengah, karena
dengan pertimbangan kawan-kawan, ini adalah posisi paling strategis untuk
mentransfer jawaban dalam bentuk apapun ntah kertas, atau bahasa sandi. Ah jadi
teringat, aku bias lulus sma, itu dulu ada campur tangan dia juga. Namanya abib,
sesosok manusia gagah dengan jari2 tangan yg luar biasa besarnya, sampai2 kalau
dipukul sekali sama kepalan tangannya ini, pastilah langsung R.I.P. Dia adalah gamer
insyaf yang sekarang jadi anak terpintar dikelas kami, ada cerita tersendiri
mengapa dia ini jadi pintar, padahal waktu itu dia hampir dikeluarkan karena
kebanyakan bolos, dan disebelahnya adalah sidekicknya yg selalu setia ada
disampingnya, atau bia disebut tangan
kanannya, si ree namanya, yang setiap hari berangkat sekolah dengan supra biru
bututnya itu, aku masih ingat betul, dia ini anak baik yang AATB (
Anak-anak takut bapak), bukannya tanpa alas an sih, karena memang bapaknya
ini terkenal killer dan kita semua selalu takut kalo pas kerumahnya, melihat bapaknya
sedang didepan, maka biasanya aku dan kawan2 diselundupkan lewat pintu rahasia
disamping rumah dan setelah itupun kita bermain dengan tingkatan suara yang
sangat diminimalkan, demi kelangsungan hidup bersama. ahahah dan lanjut yang paling belakang, tepat
dibelakangku, ada aji dan colo, aji ini orangnya alim, disekolah yang bawa-bawa
alquran Cuma dia aku rasa, yang tiap istirahat dibacanya. Dia sangat jago dalam
sepakbola, yaa 11/12lah sama aku, dan aku rasa dia ini juga paling dewasa pola
pikirnya diantara kita semua dan disebelahnya adalah colo, ya, dia ini, hmmm
gimana ya cara menggambarkan orang aneh yang satu ini. Hmmm, orangnya tinggi,
kuruss dan bias dibilang paling unik dikelompok kami, sering nyeletuk konyol
dan tingkah polahnya yang tak jelas. ahahaha
Ada lagi di deretan sebelah colo, si muja, ntah kenapa bias dipanggil
seperti itu, aku cuman ngikut2 aja waktu itu. Ahaha. dia ini adalah yang paling
tajir dikelas kami, pokoknya kalo sama dia itu pasti kenyang dan terjamin,
tinggal geseklah pokoknya. Namun begitu dia ini orang yang paling berprinsip,
menurutku ya. Dia ini ga pernah mau nyontek dikelas, sekalipun dia nggak bias sama
ulangannya. Pernah kutanya kenapa dia gam au nyontek? Jawabnya: dia ingin
mengetahui sampai mana kemampuannya sendiri. Salut aku mendengarnya saat itu.
Yaa bisa dibilang kalo kita ini adalah sebuah persahabatan multietnis pertama disma
waktu itu, walaupun multietnis, beda2 agama, beda kepribadian masing2 dan dengan
banyak perbedaan latar belakang lainnya, kita selalu bersama dalam banyak hal,
tertawa bersama, gembira bersama, main bersama, boloosss bersama namun juga
belajar bersama.hha
Ahhhhh, (kutarik nafas panjang, kututup
mata dan kubayangkan kalian masih disini kawan, di kursi deretan pojok kiri ini
kita bercerita). Bau meja, kursi, kapur dan lantai ini perlahan
mengingatkanku dengan aroma kita masa itu, aroma pagi dimana kalian belum mandi,
aroma kalian yang belum bikin pe er, aroma bingungnya karena ulangan dadakan dan,
aromaku yang selalu datang paling siang. Namun dengan inilah aku semangat datang
ke sekolah tiap pagi, melihat kalian, kawan-kawan terbaikku sudah berjejer rapi
disudut ini, ah masih banyak aroma-aroma lain yang mengingatkanku tentang kita
kawan. Apa kabar kalian sekarang? Dada ini makin sesak rasanya, dan aku semakin
tak bisa menahan laju air mata ini, ketika tiba-tiba dia datang dan menepuk
punggungku, membuatku terhenti sejenak.
ternyata ada satu temanku yg kelupaan, namanya aditya, aka penyuu, tp lg ga mood nulis sih, kapan2 aja deh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar