Jumat, 19 September 2014

KITA ( LEFTSIDE STORY )


KITA
( LEFTSIDE STORY )


Chapter 1 : Takdir sore itu

Titik-titik hujan mulai berjatuhan kala sore itu dan perlahan-lahan tetesannya pun menyentuh tanganku, menyadarkanku dari lamunanku, lamunan kejenuhan yang sepertinya sudah jadi rutinitasku beberapa tahun terakhir ini, beragam hal-hal mulai dari yang penting sekali, sedikit penting, sampai tak penting sekalipun ada didalam kepala ini, berputar-putar layaknya rotasi bumi, 24 jam, siang dan malam. Seakan tak peduli dengan gerimis sore itu, aku terus melaju, walau dikanan kiriku pengendara lain mulai berhenti dan berteduh. Sampai akhirnya tetesan-tetesan air itu semakin deras menembus bajuku dan akupun teringat masih ada acara penting yang harus kuhadiri sore itu, sehingga kuputuskan tuk menghentikan laju motor butut ini dan mencari tempat untuk berteduh.
Ntah kenapa setelah kucari-cari, jas hujanku warna merah, pemberian ibuku tercinta itu tak ada, yang ada hanyalah lembaran-lembaran proposal skripsi dengan garis silang besar warna merah, beserta catatan-catatan dengan bahasa alien yang gagal kufahami maskud dan tujuannya ada disitu. Huffh melihatnya saja sudah cukup membuatku semakin jenuh disore itu. Tapi sepertinya takdir punya rencana sendiri saat itu, dia sepertinya memang memaksaku untuk berhenti disini, melalui gerimisnya yang semakin lama semakin deras dan hilangnya jasmerah itu, sehingga tak ada pilihan lain selain menikmati dinginnya sore dipinggir jalan (yang becyek, tapi untung ada tukang ojyek :D). Sembari memperhatikan sekitar, ada perasaan semacam de javu menghampiriku, sepertinya gedung ini, bentuk, ornament, dan logonya masih teringat baik dikepalaku, walaupun sekarang tempat ini sedikit berubah, namun aku masih ingat betul, tempat ini adalah salah satu tempat paling bersejarah dalam perjalanan hidupku yang sudah menginjak seperempat abad ini.
Tak salah lagi, ini adalah tempatku mengejar ilmu 7 tahun yang lalu, akupun tertawa kecil mengingatnya dan  rasanya otakku pun merespon sangat cepat, lebih cepat dari supercomputer sekalipun,  berputar mundur kencang sekali membawaku ke masa itu. Masa yang, pasti kalian setuju kalau masa ini adalah masa kita yang tak terlupakan, masa yang penuh cerita, tawa, canda dan sedikit air mata. Perlahan kulangkahkan kakiku, kuberanikan diri tuk masuk ke dalam, kulihat ada satpam yang sedang duduk santai sambil baca koran, dan kuingat ternyata dia masih orang yang sama seperti saat dulu, dan juga ternyata masih ingat pula dengan ketampananku ( maklum, dulu aku salah satu tukang telat dan tukang bolos yang sistematis damasa SMA), lalu kami bercakap sebentar;
Aku:                sore pak, maaf saya ikut neduh boleh ya, hujannya makin deres soalnya.
Satpam:           oh iya mas, silahkan ( jawabnya sambil memndangiku aneh ). Sebentar-sebentar mas, mas ini… dulu sekolah disini juga kan, saya kayaknya pernah liat?
Aku:                Wah bapak masih ingat dengan ketampanan saya ternyata. ahaha (pede)
Satpam:           iya dong mas, biarpun sudah tua begini, daya ingat saya ga kalah sama anak muda, hehe. Mas ini angkatan 80an bukan?
Aku:                eeeeehh, bukannn bapak, bukaannn, (memang muka saya keliatan tua banget gitu? Kaca mana kaca) saya angkatan 50an pak, puas bapak ? (balasku smabil jengkel)
Satpam:           ahaha saya cuman bercanda mas, oiya tadi barusan juga ada yang neduh disini, kayaknya sih anak sini juga dulu, soalnya dia ijin masuk, pengen liat-liat smanya dulu katanya.
Aku:                lhoh boleh masuk pak? Kalo gitu saya ijin masuk juga ya pak, saya juga pengen liat-liat nih, sudah lama ga kesini
Satpam:           silahkan mas, tapi jangan kaget ya, sudah banyak yang berubah lho sekarang.
Aku:                iya pak gapapa, yang penting namanya masih sama, SMAN III Surakarta. Mari pak ( sambil mengangguk aku berlalu, masuk kedalam)

Memang benar saja, sekolah ini sekarang makin awesome saja rupanya, makin besar, dan penuh fasilitas-fasilitas baru dari lapangan bola, masjid yang kini sudah jadi, ruang kelas tambahan, kantin yang super lega dan blablablablalalala. For your information ato (ef wae ae), sma ku ini dulu adalah salah satu sma favorit sekota solo, kalo ga orang pinter ya orang bejo yang bias masuk sini, dan aku termasuk golongan yang kedua, terbukti dengan track record raportku yang warna warni dulu dan ditambah lagi tampangku tak meyakinkan, semua temen kuliah ga percaya aku pernah sekolah disini ( sakitnya tuh disinii )   -_-. Ok back to topic, setelah lelah berputar-putar, aku menuju destinasi terakhir yang merupakan tempat terpenting dimulainya octalogy fenomenal abad ini (ahahah lebay). Sampailah diriku didepan pintu kelas XII IS 2 ini, walaupun sekarang sudah berubah jadi kelas IA2, namun bekas stiker legendaris yang menempel diujung atas pintu itu menjadi saksi bisu perjalanan kami. Kubuka pintu itu perlahan dan langsung kucari singgasanaku dulu, sambil beristirahat kuamati ruangan sekelas ini. Ahh entah perasaan apa ini, perlahan-lahan dadaku sesak, mataku berkaca-kaca dan tiba-tiba tanganku sudah basah lagi oleh tetesan air mataku, yang mengalir perlahan tanpa bisa kutahan-tahan lagi, dalam hatiku bergumam; ( yaa ini kelasku dulu, kelas kita kawan, leftside.)
Disinilah dulu aku duduk, merekam semua kenangan kita masa itu, tingkah polah kalian, saat kita tertawa, usil, bermain dan bolos bersama, semua rekaman itu sekarang kembali terputar dengan sempurnanya dikepalaku ini, ( ahhhhhhh indahnya masa itu ). Dulu aku duduk dimeja keempat bersama azis, dia ini partner in crime aku,dia yang mengajariku dunia remaja perkotaan, maklum, aku dari desa waktu itu pertama kali dapat sahabat orang kota, “dan dan…. eeemmm disana ujung depan, itu tempat duduk kawanku, si ustadz kw impor langsung dari arab sono, si kadir namanya, yang selalu tertidur pulas, walaupun dia duduk paling depan. Kita ini kalau bolos kebanyakan dimasjid sekolah dan mendengarkan ustad kw ini jd penceramah, dan setelah itu tidur, ahahah dan sebelah dia ada si mr introvert aka nugieca, dia ini pendiam orangnya, namun puitis dan filosofis, caraku bertemu dengannyapun unik “( dulu awal2 masuk sma, kita selalu berangkat dan pulang melalui gang yang sama, tapi waktu itu kita berdua sama2 jaim dan pada dasarnya dia memang orang yg pendiam, namun setelah berapa lama, akhirnya aku duluan yang melempar senyum padanya, karena kupikir aneh kan setiap hari diem2an.haha, lalu saat tiba kenaikan kelas, ternyata dia sekelas denganku, dan taukah kalian, setelah saat itu sampai sekarang, dia adalah salah satu sahabat terbaikku, dia mengajariku banyak hal tentang agama, Alhamdulillah aku selalu dipertemukan dengan teman-teman yang alim.hehe) “ laluuuu” dibelakang mereka, ada duo sipit kami, si boo dan si daisuki, si boo ini teman nonton anime jepangku yang the best pokoknya, setiap dia nyewa anime (naruto waktu itu) sampe berkeping-keping cd, lalu kita tonton bareng dirumah tantaku ( aku numpang disana selama sma ), kalo si daisuki ini, walopun dia agak berisi, basketnya jagoan luar biasa dan dia ini teman yang sangat bisa diandalkan.
Tepat dibelakang mereka berdua, ada jenius penyuplai jawaban setiap ulangan kami, dia itu ibaratnya processornya kumpulan kami, maka itu dia ditempatkan diposisi ini, tepat ditengah, karena dengan pertimbangan kawan-kawan, ini adalah posisi paling strategis untuk mentransfer jawaban dalam bentuk apapun ntah kertas, atau bahasa sandi. Ah jadi teringat, aku bias lulus sma, itu dulu ada campur tangan dia juga. Namanya abib, sesosok manusia gagah dengan jari2 tangan yg luar biasa besarnya, sampai2 kalau dipukul sekali sama kepalan tangannya ini, pastilah langsung R.I.P. Dia adalah gamer insyaf yang sekarang jadi anak terpintar dikelas kami, ada cerita tersendiri mengapa dia ini jadi pintar, padahal waktu itu dia hampir dikeluarkan karena kebanyakan bolos, dan disebelahnya adalah sidekicknya yg selalu setia ada disampingnya, atau  bia disebut tangan kanannya, si ree namanya, yang setiap hari berangkat sekolah dengan supra biru bututnya itu, aku masih ingat betul, dia ini anak baik yang  AATB ( Anak-anak takut bapak), bukannya tanpa alas an sih, karena memang bapaknya ini terkenal killer dan kita semua selalu takut kalo pas kerumahnya, melihat bapaknya sedang didepan, maka biasanya aku dan kawan2 diselundupkan lewat pintu rahasia disamping rumah dan setelah itupun kita bermain dengan tingkatan suara yang sangat diminimalkan, demi kelangsungan hidup bersama. ahahah dan  lanjut yang paling belakang, tepat dibelakangku, ada aji dan colo, aji ini orangnya alim, disekolah yang bawa-bawa alquran Cuma dia aku rasa, yang tiap istirahat dibacanya. Dia sangat jago dalam sepakbola, yaa 11/12lah sama aku, dan aku rasa dia ini juga paling dewasa pola pikirnya diantara kita semua dan disebelahnya adalah colo, ya, dia ini, hmmm gimana ya cara menggambarkan orang aneh yang satu ini. Hmmm, orangnya tinggi, kuruss dan bias dibilang paling unik dikelompok kami, sering nyeletuk konyol dan tingkah polahnya yang tak jelas. ahahaha
Ada lagi di deretan sebelah colo, si muja, ntah kenapa bias dipanggil seperti itu, aku cuman ngikut2 aja waktu itu. Ahaha. dia ini adalah yang paling tajir dikelas kami, pokoknya kalo sama dia itu pasti kenyang dan terjamin, tinggal geseklah pokoknya. Namun begitu dia ini orang yang paling berprinsip, menurutku ya. Dia ini ga pernah mau nyontek dikelas, sekalipun dia nggak bias sama ulangannya. Pernah kutanya kenapa dia gam au nyontek? Jawabnya: dia ingin mengetahui sampai mana kemampuannya sendiri. Salut aku mendengarnya saat itu. Yaa bisa dibilang kalo kita ini adalah sebuah persahabatan multietnis pertama disma waktu itu, walaupun multietnis, beda2 agama, beda kepribadian masing2 dan dengan banyak perbedaan latar belakang lainnya, kita selalu bersama dalam banyak hal, tertawa bersama, gembira bersama, main bersama, boloosss bersama namun juga belajar bersama.hha
Ahhhhh, (kutarik nafas panjang, kututup mata dan kubayangkan kalian masih disini kawan, di kursi deretan pojok kiri ini kita bercerita). Bau meja, kursi, kapur dan lantai ini perlahan mengingatkanku dengan aroma kita masa itu, aroma pagi dimana kalian belum mandi, aroma kalian yang belum bikin pe er, aroma bingungnya karena ulangan dadakan dan, aromaku yang selalu datang paling siang. Namun dengan inilah aku semangat datang ke sekolah tiap pagi, melihat kalian, kawan-kawan terbaikku sudah berjejer rapi disudut ini, ah masih banyak aroma-aroma lain yang mengingatkanku tentang kita kawan. Apa kabar kalian sekarang? Dada ini makin sesak rasanya, dan aku semakin tak bisa menahan laju air mata ini, ketika tiba-tiba dia datang dan menepuk punggungku, membuatku terhenti sejenak.

ternyata ada satu temanku yg kelupaan, namanya aditya, aka penyuu, tp lg ga mood nulis sih, kapan2 aja deh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar